Anansi Boys oleh Neil Gaiman


Neil Gaiman
Anansi Boys
Gramedia Pustaka Utama
432 halaman
7.0

Blurb
Dewa sudah mati. Kenalkan, anak-anaknya. 

Jika ayah Fat Charlie menamai sesuatu, nama itu pasti melekat. Misalnya julukan "Fat Charlie". Sekarang pun, dua puluh tahun kemudian, Charles Nancy masih tak bisa melepaskan diri dari nama itu, salah satu dari banyak "hadiah" memalukan yang diberikan ayahnya--sebelum ayahnya roboh dan mati di panggung karaoke dan menghancurkan kehidupan Fat Charlie. 

Mr. Nancy mewariskan beberapa hal untuk Fat Charlie. Misalnya, pria asing jangkung dan tampan yang muncul di ambang pintu Charlie. Rupanya dia saudara yang belum pernah diketahui Charlie. Saudara yang bertolak belakang dengan Charlie bagai langit dan bumi, saudara yang akan menunjukkan cara bersantai dan bersenang-senang sedikit... persis Ayah Tercinta. 

Dan tiba-tiba, hidup mulai menjadi sangat menarik bagi Fat Charlie. Soalnya, ayah Charlie tidak seperti ayah kebanyakan. Dia Anansi, dewa jail, dewa laba-laba. Anansi adalah semangat pemberontakan, mampu menjungkirbalikkan tatanan sosial, menciptakan kekayaan dari ketiadaan, dan membingungkan sang Iblis. Konon dia bahkan mampu mengecoh Maut. 

Review
Gaiman barangkali salah satu penulis luar yang kehidupan cover versi terjemahannya paling tragis. Beberapa novel terjemahan Indonesia-nya mengadopsi cover yang serupa dengan aslinya, tetapi beberapa cover original buatan sendiri benar-benar ugly as shit. Rasanya merancang cover sedemikian rupa sama seperti melakukan tindakan kriminal.Cover Anansi Boys ini contoh tindakan kriminal.

Mungkin itu sebabnya saya butuh waktu empat tahun setelah saya membeli buku ini untuk bisa menyelesaikannya. Tapi, rasanya enggak juga, sih, karena sebagian besar saya lupa menaruh buku ini di mana. Jadi, ketika saya mengubrak-abrik rak buku saya di Solo, akhirnya ketemu juga buku ini. Dan tentu saja saya langsung menariknya keluar.After all, ini tetap Neil Gaiman. 

Dan selain cover yang bermasalah, saya lumayan puas membaca isi bukunya. Gaya bercerita Gaiman yang seperti orang mabuk, dengan narasi yang ngalor-ngidul, dan terjemahan yang obscure, mengingatkan saya akan Good Omens: The Nice and Accurate Prophecies of Agnes Nutter, Witch. Beberapa kalimat sukses membuat saya tertawa. Tapi memang demikian gaya bercerita Gaiman kalau sedang "mabuk", cenderung tidak terkontrol dan apa adanya. Tapi itu justru yang saya suka. 

Anansi Boys surprisingly sebuah cerita mengenai keluarga yang cukup hangat, dengantwist yang bertebaran ke sana kemari. Ini khas sekali dengan Gaiman yang pernah saya baca sebelumnya. Awalnya, ia menyajikan beberapa subplot yang terkesan tidak berhubungan, tetapi semuanya akan menyambung pada akhirnya, seperti jaring labah-labah. Tapi, yah, mungkin karena ini cerita tentang Anansi, seorang dewa dongeng dan labah-labah, mungkin itu sebabnya cerita ini terkesan berantakan pada awalnya. 

Previous
Next Post »