I For You oleh Orizuka

Orizuka
I For You
GagasMedia
384 halaman
5.6 


Blurb
Suatu hari dalam hidupku, kau dan aku bertemu. Masih jelas di ingatanku sosokmu yang memukauku. Lidahku jadi kelu, mulutku terkatup rapat karena malu. Setiap malam, bayangmu menari-nari dalam benakku.

Ada sejuta alasan mengapa aku begitu memujamu. Kau menyinari relung gelap hatiku. Kau satu-satunya orang yang ingin kurengkuh. Kau yang bertanggung jawab atas segala rindu. Kau adalah yang teristimewa bagiku.

Tanda-tandanya sudah jelas: aku menyukaimu. Tetapi, bagaimana caranya untuk mendekatimu? Kau begitu jauh, sulit kuraih dengan jari-jemariku.

Dan semakin lama, aku mulai menyadari satu hal. Bahwa kau dan aku mungkin ditakdirkan tak bisa bersatu....

Review

Yang saya suka dari cerita-cerita Orizuka adalah keslengekan dari karakter-karakternya. Itu yang membuat saya benar-benar menikmatiAfter School Club dan Call Me Miss J. yang enggak bisa berhenti bikin saya ketawa. Saya tahu I For You bukan tipe buku yang akan bikin saya ketawa kalau melihat review-review yang bertebaran sebelumnya. Ujung-ujungnya saya juga enggak terlalu menikmati I For You. 

Bukunya sebenarnya bagus dan cukup menguras emosi, terutama di bagian puncak dan menuju ending. Orizuka sudah melakukan riset yang lumayan bagus--without being know-it-all--buat penyakit yang unik. Konfliknya lumayan seru juga dan lumayan kompleks meski masih token konflik young adult kebanyakan, tetapi Orizuka sudah menuliskannya dengan cukup baik.Ending-nya cukup too good to be true dan itu yang membuat saya kesal dengan buku ini. 

Karakternya ngawang di langit-langit, kayak mereka baru keluar dari shojo manga gitu lho kan saya lelah dengan kehidupan saya yang biasa ini. Terlihat dari petikan lirik-lirik lagu yang diselipkan oleh Orizuka di buku ini kalau sang penulis cukup terpengaruh dari budaya timur. Saya jadi ingat petikan catatan dari teman saya soal teenlit yang dipengaruhi budaya timur memang punya tendensi untuk agak sedikit berlebihan, dan itu kayaknya terbukti di I For You. Karakternya begitu drama, dengan sifat-sifat yang berlebihan, dan juga kekayaan yang berlebihan, serta prinsip yang dianut yang konyol. Sebenarnya masalah mereka akan selesai kalau Cessa dan Benji mau memberi tahu rahasia mereka. Sekian, dan mereka akan berakhir bahagia selamanya. Kekeraskepalaan dan prinsip Cessa untuk menyembunyikan rahasia memang benar-benar beyond belief. Itu yang membuat bagian awal buku ini begitu susah untuk dinikmati. Tetapi, untungnya, itu cukup terobati di bagian pertengahan cerita. 

Orizuka memang piawai (hasik!) dalam menyusun kalimat dan jalinan ceritanya mengalir dengan lancar meskipun entah kenapa narasinya terasa sedikit kaku. Mungkin karena saya sudah terlalu sering membaca buku dengan sudut pandang orang pertama yang narasinya bisa jauh lebih fluiddaripada sudut pandang orang ketiga. Tapi ini enggak terlalu buruk. 

Apa saya mau membaca buku Orizuka? Untuk bukunya yang tone-nya serius, saya mesti mikir-mikir dulu. Tapi kalau buat bukunya yang lebih ceria dan komedi, in a heartbeat, yes
Previous
Next Post »