Revenge of the Girl with the Great Personality oleh Elizabeth Eulberg

Elizabeth Eulberg
Revenge of the Girl with the Great Personality
Bentang Pustaka
312 halaman
5.4

Blurb
Saatnya melakukan perubahan!

Hidupku dikelilingi putri-putri cantik. Adikku, Mac, ratu kecantikan cilik. Ini gara-gara Mom yang ketagihan mendaftarkannya ke semua kontes. Alyssa, pacar dari gebetanku juga bintang fashion show. Cantik dan populer tentu saja!

Mereka, selalu sempurna di mata banyak orang. Apa kabar orang-orang sepertiku? Di dunia itu, aku merasa ada yang salah. Semuanya tampak dipaksakan, dan … palsu. Seharusnya, orang merasa sempurna bukan hanya karena penampilan yang kece, melainkan juga punya kepribadian yang mengagumkan.

Aku harus melakukan ini, gerakan orang-orang berkepribadian mengagumkan! Lihat apa yang akan kulakukan. Mau ikut denganku?

Review
Revenge of the Girl with the Great Personality sepertinya diilhami oleh lagu"Beautiful" dari Cherrybelle. Tapi, memang amanat dalam cerita kalau "cantik itu datangnya dari dalam hati" memang tidak pernah ada habisnya. Apalagi mengingat banyaknya remaja (terutama remaja cewek) yang tidak henti-hentinya pusing memikirkan penampilan, berusaha keras untuk mengikuti tren masa kini yang tak ada ujungnya sampai akhirnya capai sendiri. Beauty comes from the inside menjadi satu hal yang penting untuk dicamkan baik-baik buat para remaja, dan enggak heran kalau banyakyoung adult yang mengangkat tema semacam ini. Buat saya, sebagai cowok, saya selalu ngeliat cewek dari kepribadian--dan meskipun penampilan yang menarik juga enggak bikin saya mati, tapi saya percaya kalau semua cewek itu cantik. Jadi, kalau kalian para gadis bilang kalau cowok yang tertarik ama kepribadian itu cuman bullshit-bullshit belaka, itu salah. Saya contohnya. Tapi siapalah saya ini hanya cowok butiran upil Anisa Cherrybelle. 

Tidak seperti kebanyakan novel young adult bertema serupa yang lebih menitikberatkan kepada body image, seperti di The Princess in Me atauPerfection, Revenge of the Girl ini lebih ke penggunaan make-up. Saya percaya setiap orang, regardless of the gender, berhak melakukan apa pun untuk mendongkrak rasa percaya diri mereka, termasuk make-up, tapi jangan sampai rasa percaya diri kamu bergantung kepada make-up. Bingung, ya? Saya juga, mayan. Tapi maksud saya, yang bikin kamu percaya diri itu bukan make-up, tetapi perasaan dari dalam diri kamu. Dan, itu yang Lexi, sang karakter utama, berusaha pelajari di buku ini. 

Lexi, cewek SMA rakyat jelata yang sedang-sedang saja, tiba-tiba saja berubah ketika ia bertaruh dengan sahabatnya untuk mengenakan make upke sekolah. Hasilnya, ia berubah menjadi cantik dan dilihat banyak orang. Tapi, tentu diikuti dengan pengorbanan: sahabat, keluarga, dan kehidupan asmaranya. 

Dengan begitu banyaknya subplot, Revenge of the Girl ini terasa penuh dancompact, meninggalkan sejumlah plot yang mengambang hingga di akhir cerita. Semuanya jadi serba nanggung dengan akhir cerita yang tidak mengakhiri apa pun. Anehnya gaya terjemahan yang digunakan di buku ini juga lumayan bikin saya enggak terlalu menikmati ceritanya. Dibandingkan dengan cerita Eulberg yang lain, Take a Bow, misalnya, yang jauh lebihheartwarming, Revenge of the Girl ini terasa tidak berkesan. Apalagi saya juga curiga kalau Bentang Pustaka sengaja mengubah karakter Benny yanggay menjadi ungay, dengan alasan yang jelas, tetapi jelas tidak bisa diterima. 

Eulberg terkenal dengan premis cerita yang sederhana, mengingatkan saya akan Sarah Dessen. Revenge of the Girl with the Great Personality menawarkan amanat yang tak akan lekang oleh waktu, tetapi jelas bukan karya Eulberg yang terbaik.

Previous
Next Post »